• MIN 6 JEMBER
  • MIN 6 Jember Hebat Bermartabat

MEDIA CARD SORT DALAM MENGATASI KEJENUHAN PESERTA DIDIK PADA MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (MAKALAH)

Oleh : SYAIFUDIN ZUHRI

Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, MIN 6 Jember

 

 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan sejak diterapkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Repubilik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, guru memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Kompetensi tersebut harus berjalan bersama-sama dalam melaksanakan pembelajaran agar guru berhasil dan peserta didik belajar sesuai tujuan pembelajaran.

Maka dari itu guru dalam konteks pendidikan diharapkan mampu membantu peserta didiknya dalam mengembangkan 3 (tiga) kompetensi, yaitu kompetensi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Oleh karena itu pendidikan tidak hanya semata-mata atau satu-satunya yang berkaitan dengan kompetensi kognitif saja. Media pembelajaran yang diterapkan juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, supaya peserta didik dalam pembelajaran menjadi aktif, menyenangkan dan bermakna.

Dalam beberapa penelitian, bahwa strategi Card Sort dapat juga meningkatkan prestasi, dan hasil belajar.[1]

 

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana proses pembelajaran strategi Card Sort Dalam Mengatasi Kejenuhan?
  2. Bagaimana proses penilaian strategi Card Sort?

 

C. Tujuan Pembahasan

  1. Mendeskripsikan pembelajaran strategi Card Sort Dalam Mengatasi Kejenuhan;
  2. Mendeskripsikan proses penilaian strategi Card Sort.

 

 

 

PEMBAHASAN

A. Media pembelajaran Card Sort Dalam Mengatasi Kejenuhan

  1. Pengertian

Card Sort berasal dari dua kata, sedangkan card sort sebagai bagian dari media pembelajaran, dimana media adalah perantara, penghubung, yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb).[2] Hartono menyatakan kartu sortir (card sort) adalah suatu kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.[3] Senada dengan pendapat Mel Silberman strategi belajar aktif tipe Card Sort adalah kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih.[4]

Sedangkan untuk media sendiri, menurut Djamarah dan Aswan, media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks media sebagai sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.[5] Sedangkan card sort berasal dari dua kata yaitu card yang berarti “kartu”,[6] dan sort yang berarti “menyortir, memilih atau memisah-misahkan.”[7]

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi card sort merupakan perbuatan antara guru dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang bertujuan sebagai kerangka acuan (frame of reference) dalam mencapai pemahaman yang lebih baik, dalam hal ini pemahaman terhadap mata pelajaran sejarah kebudayaan islam materi kepribadian Nabi Muhammad Saw, dengan menggunakan alat bantu berupa potongan-potongan kartu yang telah disortir.

Sedangkan kejenuhan, dalam kamus bahasa indonesia, kejenuhan berasal dari kata “jenuh”, yang artinya : kenyang (puas) sekali.[8] Kejenuhan merupakan salah satu jenis kesulitan yang sering terjadi pada anak, secara harfiah, kejenuhan berarti padat atau penuh sehingga tidak dapat menerima atau memuat apapun. Selain itu jenuh juga mempunyai arti jemu atau bosan.[9] Kejenuhan yang dialami peserta didik dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan sia-sia yang disebabkan suatu akal yang tidak bekerja sebagaimana mestinya dalam memproses itemitem informasi atau pengalaman yang baru diperoleh.

Metode pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dapat berbeda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula.[10]

 

  1. Macam media pembelajaran card sort

Card sort ada beberapa macam model active learning seperti yang dijelaskan oleh Zaini, dkk. yaitu:

  • Critical Incident Student (peserta didik yang kritis)
  • Teks Acak
  • Group Resume (kelompok ringkas)
  • True Or False
  • Benar Salah Berantai
  • Reading Aloud (membaca dengan suara keras)
  • Snow Balling (bola salju)
  • Team Quiz
  • Index Card Match
  • Card Sort, dan lain-lain.[11]

 

  1. Prosedur metode pembelajaran Card Sort

Prosedur metode pembelajaran strategi media Card Sort, merupakan langkah-langkah dalam menggunakan Card Sort sebagai berikut :

  • Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai SK/KD mata pelajaran, perkirakan jumlah kartu sama dengan jumlah murid dalam kelas. Isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan kartu rincian
  • Seluruh kartu diacak/ dikocok agar campur
  • Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing-masing memperoleh satu (dua boleh)
  • Perintahkan peserta didik bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokan kepada kawan sekelasnya
  • Setelah kartu induk beserta kartu rincianya ketemu, perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan secara urut.
  • Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya
  • Mintalah salah satu penanggung jawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainya
  • Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik
  • Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.[12]

 

  1. Kelebihan dan Kelemahan strategi Card Sort
  2. Kelebihan
  • Lebih mudah menangkap materi;
  • Peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran;
  • sosialisasi antar peserta didik lebih terbangun; dan
  • meringankan beban kerja guru di kelas.[13]
  • membantu menggairahkan peserta didik yang merasa jenuh atau lelah terhadap pembelajaran yang telah diberikan;
  • Menumbuhkan, dan membina peserta didik untuk bekerja sama;
  • mengembangkan sikap saling menghargai pendapat.[14]
  • minat peserta didik terhadap pembelajaran semakin meningkat dan hasil belajarnya cukup baik.[15]
  • lebih mudah menguasai materi pelajaran.
  • Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
  • peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah yang terkait dengan materi pokok;
  • peserta didik lebih aktif mengikuti proses pembelajaran.
  • peserta didik dapat mandiri dan berlatih tanggung jawab atas kartu yang dipegang. [16]

Selain itu, menurut Silberman kelebihan dari card sort untuk guru dalam strategi card sort adalah:

  • mudah menguasai kelas
  • Mudah dilaksanakan
  • Mudah mengorganisir kelas
  • Dapat diikuti oleh peserta didik yang jumlahnya banyak
  • Guru mudah menerangkan dengan baik, peserta didik lebih mudah mengerti tentang materi yang diajarkan.
  • Peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran.
  • Sosialisasi antara peserta didik lebih terbangun yakni antara peserta didik dengan peserta didik lebih akrab.[17]
  1. Kelemahan / kekurangan
  • Adanya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian murid, terutama apabila terjadi jawaban-jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran (tujuan) yang diinginkan dalam arti terjadi penyimpangan dari pokok persoalan semula;
  • Peserta didik perlu perhatian lebih sehingga tidak keseluruhan peserta didik dapat diperhatikan dengan baik;
  • Banyak menyita waktu terutama menyiapkan model pembelajaran aktif tipe pemilahan kartu.
  • Banyak peserta didik yang tidak senang apabila bekerja sama dengan peserta didik yang lain.
  • membuat siswa kurang aktif dalam berbicara atau menyimpulkan pendapat;
  • membutuhkan persiapan dan media yang berupa kartu-kartu sebelum kegiatan berlangsung; dan
  • apabila guru kurang bisa mengendalikan kelas maka suasana kelas akan menjadi gaduh. [18]
  • menyita banyak waktu
  • membutuhkan lebih banyak persiapan dan kreativitas untuk mengajar;
  • strategi pembelajaran aktif card sort membuat siswa hanya mampu belajar secara berkelompok; dan
  • adanya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama apabila terjadi jawaban yang menarik perhatiannya, padahal bukan tujuan yang diinginkan dalam arti terjadi penyimpangan dari pokok persoalan semula. [19]

 

  1. Faktor-faktor kejenuhan belajar

a. Faktor internal (dalam)

  • Kehilangan motivasi dan konsolidasi
  • Perhatian
  • Minat
  • Bakat
  • Kematangan
  • Kesiapan
  • Keletihan atau kelelahan[20]
  • Rasa lesu dan bosan
  • Malas
  • Mudah tersinggung.[21]

b. Faktor eksternal (luar)

  • Keluarga
  • Sekolah, dan
  • Masyarakat

 

B. Penilaian strategi Card Sort

Didalam pembelajaran, ada beberapa istilah, yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes. Pertama, evaluasi adalah Kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Kedua, pengukuran (measurement) Proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif. Ketiga, tes adalah Cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Keempat, penilaian (asesmen) Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu.[22]

Dalam pembahasan ini sesuai rumusan masalah, dibahas penilaian pembelajaran.

  1. Penilaian

Sesuai undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada Pasal 1 ayat 21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan Pendidikan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 1, ayat 24. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik.[23]

Penilaian merupakan bagian dari evaluasi sebagaimana dimaksud diatas tersebut, maka penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan peserta didik, serta mengukur keterampilan dan hasil belajar peserta didik.[24] Namun penilaian bukan hanya berfungsi untuk melihat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.[25]

Dalam kurikulum 2013, Penilaian terdiri dua, yaitu: penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) untuk menilai 3 komponen, yaitu: kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh dan menyeluruh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakansebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan. Penilaian proses pembelajaran dapat menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.[26] diantaranya penilaian projek, penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian jurnal, dan penilaian tertulis

 

  1. Jenis Penilaian

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, pada Pasal 2, dinyatakan bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Namun penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan oleh Guru/pendidik, satuan pendidikan, dan termasuk pemerintah.

Dalam konteks proses penilaian dengan menggunakan strategi Card Sort untuk mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran, jenis penilaian meliputi;

  1. Penilaian Sikap

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, pasal 3, ayat (2) dinyatakan bahwa penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Dalam kurikulum 2013, penilaian sikap merupakan penilaian otentik.[27] Instrument yang digunakan adalah ceck list, huruf antara A, B, C, D. lebih jelasnya berikut kami sajikan:

Tabel. 2.1.

Lembar pengamatan sikap

Materi           : kepribadian nabi Muhammad Saw

Hari/tanggal  :

Keterangan

4     :    Membudaya (MK) (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten)

3     :    Berkembang (BM) (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan konsisten)

2     :    Mulai terlihat (MT) (apabila peserta didik sudah memperlihatkan yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten)

1     :    Belum terlihat (MT) (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten)

 

  1. Penilaian Pengetahuan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, pasal 3, ayat, (3) dinyatakan bahwa penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.

Guru harus memiliki catatan penilaian kompetensi yang diharapkan yang menggambarkan keseluruhan penilaian yang dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran.[28] Catatan penilaian tersebut dapat disajikan kedalam tabel atau rubrik sebagai berikut:

Tabel. 2.2.

Penilaian Kompetensi Inti-3 (KI-3) atau pengetahuan

 

  1. Penilaian Keterampilan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, pasal 3, ayat, (4) dinyatakan bahwa penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

Penilaian keterampilan dapat berupa penilaian projek, dimana penilaian projek merupakan salah satu bentuk penilaian otentik yang berupa pemberian tugas kepada peserta ddik secara berkelompok.[29]

Instrument yang digunakan adalah portofolio, projek, . lebih jelasnya berikut kami sajikan:

Tabel. 2.3.

Penilaian Proyek

Mata Pelajaran       : Sejarah Kebudayaan Islam

Nama Proyek         : Membuat cerita tentang kepribadian nabi Muhammad Saw

Alokasi Waktu       : 2 x 35 menit / 2 jam pelajaran

Nama Kelompok    : Abu Bakar Shiddik

Kelas                      : IV (empat)

Keterangan : sangat baik: 5, baik: 4, cukup baik: 3, Sedang: 2, kurang: 1

 

Tabel. 2.4.

Penilaian Portofolio

Mata Pelajaran       : Sejarah Kebudayaan Islam

Kelas                      : IV (empat)

Semester                : I (satu)

Tahun Pelajaran     : 2017/2018

 

  1. Teknik penilaian

Setelah pelaksanaan pembelajaran melalui interaksi komunikasi  antara guru dengan peserta didik, maka untuk mencapai tujuan yang telah  dirumuskan dalam RPP perlu dilakukan suatu penilaian yang tidak hanya dilakukan untuk hasil pembelajaran, tetapi juga dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Secara umum, penilaian hasil pembelajaran telah dilakukan oleh seorang guru dengan bentuk formatif yaitu mengajukan pertanyaan secara lisan atau penilaian dilakukan di akhir pembelajaran untuk menilai keberhasilan pembelajaran tersebut, disamping itu juga dilakukan dengan tes sumatif yang dilaksanakan di akhir program seperti akhir semester yaitu penilaian yang diberikan kepada anak didik tersebut untuk menentukan kemajuan belajarnya.

Beberapa hal prosesedural yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik atau guru untuk menggerakkan peserta didik melakukan Teknik ini sebagai berikut :

  1. Guru dapat memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum melaksanakan teknik ini, misalnya dengan memberikan penghargaan bagi peserta didik yang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas, dan memahami atau bisa menjawab sebagian dari materi kepribadian Nabi Muhammad Saw.
  2. Membagi kertas berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori kepada peserta didik;
  3. Meminta peserta didik untuk berkeliling mencari pasangan kategori yang sama.
  4. Mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok sesuai dengan kategorinya;
  5. Mempresentasikan materi pelajaran sesuai dengan kategorinya.[30]

Pelaksanaan penilaian ini dilaksanakan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pembelajaran yang telah disampaikan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan, karena itu menurut Rohani dkk ada beberapa kriteria penilaian itu dilakukan, yaitu sebagai berikut :

  1. Penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak. Penilaian ini menitikberatkan kepada pengukuran sampai berapa jauh keberhasilan / penguasaan peserta didik atas unit pelajaran yang telah diberikan. Adapun yang diukur adalah kecakapan nyata (penguasaan mutlak) mengenai bidang pembelajaran tertentu setelah jangka waktu pendidikan tertentu tanpa membandingkannya dengan hasil yang dicapai itu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya;
  2. Penilaian yang bersumber pada norma relative (kelompok). Penilaian ini menitikberatkan pada status atau kedudukan peserta didik dalam kelompoknya. Hasil yang dicapai peserta didik dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompoknya. Dengan demikian status peserta didik dalam kelompoknya akan diketahui dengan melihat apakah nilai peserta didik tersebut ada di atas atau di bawah angka rata-rata kelompok, sedangkan angka rata-rata kelompok itu sangat tergantung pada nilai yang dicapai oleh setiap individu dalam kelompok. Jadi sifatnya tidak tetap, maka nilai yang dicapai oleh peserta didik itu akan menunjukkan kecakapan relative dari peserta didik yang bersangkutan;
  3. Sasaran penilaian. Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang merncakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang;
  4. Instrument penilaian. Penggunaan instrument atau alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan non tes, sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif;
  5. Prosedur pelaksanaan tes. Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif.[31]

Berdasarkan hal tersebut di atas, tergambar jelas bahwa seorang guru yang melakukan penilaian hendaknya mengacu pada hal-hal di atas, sehingga diperlukan suatu keahlian atau kompetensi dalam merumuskan dan menentukan penilaian hasil belajar untuk peserta didiknya. Selain itu guru juga harus memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, linier atau sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan agar penilaian pembelajaran yang dirumuskan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Untuk mengetahui hasil belajar, dapat menggunakan tes prestasi belajar. tes prestasi belajar dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Tes kecepatan (speed test), mengevaluasi peserta didik dalam hal kecapatan berpikir atau keterampilan, baik spontanitas, pemahanan, dan halafan.[32]
  2. Tes kemampuan (power test), mengevaluasi peserta didik dalam mengungkapkan kemampuannya dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan.
  3. Tes hasil belajar (archievment test), dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada peserta didiknya, atau oleh dosen kepada mahasiswanya, dalam jangka waktu tertentu.[33] Tes ini dapat berbentuk tes harian, uji kompetensi (formatif) maupun tes akhir semester (sumulatif)
  4. Tes kemampuan belajar (gains/ archievment test), tes ini untuk mengetahui kondisi awal, dapat berbentuk pre-tes dan akhir tes post tes.
  5. Tes diagnosis, tes ini untuk mengetahui kelemahan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam belajar.[34]
  6. Tes formatif, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam program pembelajaran tertentu.
  7. Tes sumatif, tes ini menentukan keberhasilan peserta didik dalam menempuh pelajaran atau sejumlah materi, misalnya ujian kenaikan kelas dan ujian nasional / ujian sekolah berstandar nasional.[35]

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa card sort memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan card sort dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa jenuh atau lelah terhadap pembelajaran yang telah diberikan, membina siswa untuk bekerja sama dan mengembangkan sikap saling menghargai pendapat. Sedangkan kekurangan dari card sort adalah membutuhkan persiapan dan media yang berupa kartu-kartu sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, menyita banyak waktu dan tidak keseluruhan peserta didik dapat diperhatikan dengan baik.

 

 

PENUTUP

  1. Kesimpulan
  2. proses pembelajaran strategi Card Sort Dalam Mengatasi Kejenuhan

Penggunaan card sort dalam mengatasi kejenuhan peserta didika dalam proses pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk lebih memudahkan dalam memberi penjelasan kepada peserta didik. Strategi card sort dengan berbagai kelebihannya dapat diterapkan ketika peserta didik merasa jenuh dengan diterapkan hanya dengan satu metode pembelajaran saja, kelemahan atau kekurangan metode dan strategi menjadi pertimbangan guru dalam mengambil atau menerapkannya kedalam proses pembelajaran. metode dan strategi card sort terdiri berbagai macam akan menambah daya kreatifas guru dalam memilih card sort yang cocok sesuai dengan materi, psikologi peserta didik, media, sarana prasarana yang tersedia, dan lingkungan belajar yang mendukung.

 

  1. proses penilaian strategi Card Sort?

Penilaian merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran dengan berbagai instrument atau alat yang diterapkan pada saat card sort berlangsung, kurikulum 2013 memberikan banyak penilaian yang telah disesuai dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembelajaran. Guru harus kreatif, telaten, menyeluruh, dan berkesibambungan dalam menilai peserta didik. Alat penilaian yang terdiri dari beberapa tes maupun non tes. Tes berupa tes lisan dan tulis seperti: uji kompetensi, ulangan harian, ujian semester, dan ujian akhir madrasah. Sedangka non tes dapat melalui catatan-catatan atau jurnal, projek, sikap sosial dan spiritual, penilaian teman sejawat, portofolio, dan kinerja.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

[1] Yunita Cahyawati. Penerapan Strategi Card Sort Dalam Pembelajaran Matematika Denganmenggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Komunikasi Dan Prestasi Belajar Siswa (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Karanggede Tahun Ajaran 2011/2012), skripsi diterbitkan. (Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012). Baca juga http://download.portalgaruda.org/article.php?article=6933&val=528. Diakses 18 November 2017

[2] Pusat Bahasa Departemen Nasional. Kamus bahasa indonesia. (Jakarta: Departemen Nasional, 2008), 931

[3] Hartono. PAIKEM “Pembelajaran Aktif Inovatif kreatif Efektif dan Menyenangkan”. (Pekanbaru: Zanafa, 2008), 94

[4] Mel Sibelmen. Active Learning 101 Strategi Pembelajran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insani Mandiri, 2007), 157

[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, cetakan kedua. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 136

[6] John M. Echols Dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 1992), 262

[7] Peter Salim. The Cotemporary Engglish-Indonesia Dictionary, Edisi Pertama. (Jakarta: Media Eka Pustaka, 2006), 2202.

[8] Ananda Santoso dan a.r. al Hanif. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (surabaya: alumni surabaya, tt),177

[9] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 165

[10] Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 147

[11] Hisyam Zaini. Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Insan Mandiri, 2008), 2

[12] Ismail SM. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), 88-89

[13] Saifullah, A. Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Pemilahan Kartu (Card Sort) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII dalam Pembelajaran Fiqih di MTs Tarbiyatul Islamiyah Pati. Skripsi tidak diterbitkan. (Yogyakarta: UIN. 2010), 18

[14]  Melvin L Silberman. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung:Nuansa Cendekia. 2016), 130

[15] Warsono & Hariyanto. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013), 48

[16] Purma Sandra. Penguasaan Materi Tajwid dalam Pelajaran Baca Tulis AlQur’an (BTQ) melalui Metode Card Sort pada Siswa Kelas IV SDN Wonorejo 02 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. (STAIN Salatiga, 2012). Alamat URL: http://eprints.stainsalatiga.ac.id/567. Diakses tanggal 23 November 2017

[17] Melvin L Silberman. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung:Nuansa Cendekia. 2016), 11-12

[18] Hosnan. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), 217

[19] Wahyuni. Strategi Pembelajaran. (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), 14

[20] Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 61

[21] Eka Dianti Usman. murid sulit belajar. http//www.depdikbud.co.id, diakses 10 November 2017

[22] Parsaoran Siahaan. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Fisika FPMIPA-UPI Bandung, 2017), 1

[23] Hal senada yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. http://bsnp-indonesia.org; diakses 15 November 2017

[24] Muchlisin Riadi. Pembelajaran Aktif. http://www.kajianpustaka.com; diakses 1 oktober 2017

[25] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2008), 4

[26] Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar  Dan Menengah Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.

[27] Sekaitan dengan hal tersebut diatas, maka berdampak tehadap penilaian, dimana dalam penilaian ditekankan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penialain sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sesuatu yang baru bagi guruguru karena kurikulum sebelumnya tidak secara tegas penilaian tersebut dipisahkan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan. Muliati. Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Artikel EBuletin LPMP Sulsel. Artikel E-Buletin LPMP Sulsel.

[28] Kunandar. Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Beserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. (Jakarta : Grafindo Persada, 2013), 103

[29] Abdul Majid. Pembelajaran Tematik Terpadu. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 250

[30] http://metodepembelajarankhususpai.blogspot.co.id/2013/05/teknik-card-sort-sortir-kata.html; diakses 24 Oktober 2017

[31] Ahmad Rohani, dkk. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 171

[32] Muhammad Joko Susilo. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 158

[33] Ngalim Purwanto. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 33

[34] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 174

[35] http://eprints.radenfatah.ac.id/136/2/BAB%20II.pdf. Diakses 1 November 2017

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PELAKSANAAN STRATEGI EDUTAINMENT DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MIN 6 JEMBER

Oleh: Syaifudin Zuhri*)   ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi edutainment dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 6 Jem

27/02/2023 21:00 - Oleh Abdul Hamid - Dilihat 984 kali
MANAJEMEN KELAS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR (MAKALAH)

Oleh : SYAIFUDIN ZUHRI GURU MATA PELAJARAN SKI, MIN 6 JEMBER       BAB I PENDAHULUAN   A. Latar Belakang Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah didominasi o

03/01/2020 13:30 - Oleh Abdul Hamid - Dilihat 13361 kali